Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Budidaya lebah madu

Budidaya lebah madu
lebah madu yang banyak dikenal ada empat jenis, yaitu Apis Indica, Apis Mellifica (disebut juga Apis Mellifera), Apis Dorsata, dan Apis Trigona. Dari ke-empat jenis lebah madu tersebut, yang banyak dipelihara atau diternakkan oleh masyarakat adalah jenis Apis Indica dan Apis Mellifica.

Apis Indica umumnya dikenal sebagai lebah unduan, lebah lalat, tawon laler (bahasa Jawa), lebah gula, lebah sirup atau lebah kecil. Lebah-lebah ini ada yang dipelihara (diternakkan) dan ada juga yang hidup liar di hutan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa lebah tersebut adalah asli dari kawasan Asia dan Polinesia.


Klasifikasi

Divisio : Arthropoda

Subdivisio: Mendibulata

Classis : Insecta (Hexapoda)

Ordo : Nymenoptera

Genus : Apidae

Spesies : Apis Indica, Apis Mellifica, Apis Dorsata, dan Apis Trigona.

Selain bentuknya yang kecil (lebih kecil dari lebah Melli), ia juga agak ganas. Produksi madu tidak begitu banyak, yaitu sekitar 6-12 kilogram per tahun untuk satu koloni lebah. Lebah ini cukup banyak dipelihara di pedesaan dengan sistem gelodog kuno yang terbuat dari batang pohon kelapa dan dibelah dua yang biasanya diletakkan di samping rumah.

Ada juga yang hidup liar di rongga pohon atau di dahan pohon besar yang terlindung dari sinar matahari dan hujan. Beberapa bahkan tinggal di atap rumah tua yang kosong.

Apis Mellifica sering disebut juga dengan nama Italian bee, Australian Import bee, International honey bee, New Zealand bee atau Melli bee. Lebah ini lebih besar dari Apis Indica dan tidak bersifat ganas walaupun bisa menyengat.

Lebah ini cukup mudah berkembang biak dan produksi madunya cukup tinggi yaitu sekitar 30-60 kg. Per tahun untuk setiap koloni lebah. Banyak dari lebah ini yang dipelihara oleh pemerintah dan perusahaan swasta.

Apis Dorsata biasa disebut lebah hutan atau lebah liar. Orang sering menyebutnya dengan tawon gung (bahasa Jawa). Lebah ini sulit berkembang biak, karena sifatnya yang buas. Selain itu, sengatannya juga cukup berbahaya bagi manusia.

Lebah jenis ini banyak terdapat di hutan rimba yang jarang dirambah oleh manusia. Ada juga jenis lebah yang memakan lebah raksasa, karena rumahnya sangat besar dan berpenduduk jutaan.

Diameter sarang lebah Apis Dorsata kurang lebih 1,5-2 meter dan berpenduduk jutaan. Produksi madu setiap kali sekitar 50-60 kilogram. Bentuk sarang lebah jenis ini tidak seperti sarang lebah pada umumnya yang berupa sisir, melainkan membentuk satu kesatuan.

Trigona biasa dipanggil Klanceng. Keistimewaan lebah ini adalah tidak ada sengatnya. Senjata untuk pertahanan diri adalah zat seperti lem yang lengket. Lebah ini bentuknya kecil dan produksi madunya juga kecil sehingga jarang dipelihara oleh manusia.

Siklus kehidupan lebah madu



Setiap koloni (famili) lebah biasanya dihuni oleh tiga jenis lebah yang memiliki tugas masing-masing. Pembagian tugas berjalan sesuai fungsinya masing-masing. Ketiga jenis lebah tersebut adalah lebah ratu, lebah jantan, dan lebah pekerja.

Jika koloni lebah diganggu (diganggu) maka lebah pekerja akan mempertahankan koloni tersebut dengan jalan memburu dan menyengat. Ketiga macam lebah tersebut terdiri dari ratu, lebah jantan, dan lebah pekerja.

1. Ratu Lebah

Ratu merupakan satu-satunya lebah penelur seumur hidup. Setiap koloni lebah biasanya memiliki seekor ratu lebah. Ratu lebah berukuran lebih besar (paling besar di antara lebah jantan dan lebah pekerja) Keistimewaannya adalah dapat menyengat berkali-kali tanpa merusakkan tubuhnya.

Ratu lebah menelurkan telur yang akan menjadi lebah jantan, lebah pekerja, dan kadang-kadang calon ratu. Ratu lebah menerima makanan berupa sari madu dari lebah rumah tangga. la merupakan lebah yang dicintai oleh semua hambanya. Perkawinan ratu dengan lebah jantan terjadi di alam terbuka dan hanya terjadi dalam satu musim kawin selama hidupnya.

Perkawinan antara lebah jantan dan ratu terjadi pada siang hari di udara yang cerah di saat lebah-lebah beterbangan di angkasa, biasanya di sekitar rumah lebah selama 2-10 hari. Selesai kawin, ratu lebah dan lebah jantan yang mengawininya jatuh bersama-sama di tanah dan lebah jantan segera mati dan ratu kembali ke sarang.

2. Lebah Jantan

Bentuk badan lebah jantan lebih besar daripada lebah pekerja, tapi lebih kecil daripada ratu lebah. Lebah jantan tidak mempunyai sengat sehingga ia tidak bisa menyengat.

Lebah jantan bertugas sebagai pejantan, menjaga sarang, dan membersihkan sarang dari kotoran-kotoran. Ia tidak suka berkelahi. Ia termasuk lebah yang malas bekerja dan gemar makan, tetapi ia tidak mau makan sendiri, menunggu disuapi oleh lebah rumah tangga.

Lebah jantan berwarna kehitam-hitaman, ia tidak bisa mengumpulkan madu sebab probocisnya tidak cocok untuk mengumpulkan madu, dan tidak punya keranjang pengangkut tepung sari.

Masa paceklik merupakan masa yang suram bagi lebah jantan, sebab lebah jantan beserta anak-anaknya akan dibunuh oleh lebah rumah tangga dengan cara disengati. Di dalam satu koloni lebah terdapat beberapa ratus lebah jantan saja, yakni rata-rata sekitar 200 ekor saja. Suara lebah jantan yang terbang lebih keras, bahkan dapat menimbulkan kebisingan.

Lebah jantan hanya sering hilir mudik saja di dalam sarang lebah. Bila cuaca siang hari cukup panas, ia bercengkerama, menari-nari di udara bebas, biasanya di sekitar (di atas) stup lebah. Lebah-lebah jantan tersebut saling bersaing untuk memperebutkan ratu lebah.

3. Lebah Pekerja

Bentuk tubuh lebah pekerja paling kecil dibandingkan dengan lebah jantan atau ratu lebah. Ia juga dikenal sebagai lebah lapangan yang tugasnya menemukan nektar, serbuk sari dan air. Kemampuan terbangnya bisa mencapai radius 2-3 km.

Dalam menjalankan tugasnya, lebah pekerja berangkat pagi-pagi sekali. Anehnya, lebah pekerja ini cenderung mengumpulkan nektar dari suatu jenis bunga, bahkan bisa memilih dari sejumlah bunga yang paling banyak mengandung nektar. Alat untuk menghadapi bahaya yang mengancam nyawanya adalah sengat yang berbisa (venomous).

Jika hidupnya terganggu atau terganggu, maka dia akan menyengat si pengganggu. Setelah disengat, lebah pekerja ini akan mengalami kerusakan pada bagian dalam tubuhnya yang akhirnya akan langsung mati. Tugas lebah pekerja di lapangan cukup berat, karena setiap kali diincar oleh bahaya terjebak laba-laba, tanaman bergetah, burung, dan gangguan lainnya.

Lebah pekerja dapat menghemat tenaga dan waktu untuk mendapatkan pekerjaan yang maksimal. Ia lebih suka menemukan nektar, serbuk sari, dan air terdekat, dengan jarak hanya 1–2 km, meskipun dapat mencakup lebih banyak. Keistimewaan lebah pekerja adalah tidak mungkin tersesat saat kembali ke sarangnya, karena memiliki sense rumah yang sangat kuat.

Jalur yang dilalui untuk menemukan nektar, serbuk sari, dan air, biasanya selalu sama (tetap). Ini akan memudahkan kembalinya lebah pekerja ke tempat asalnya. Lebah pekerja kembali ke sarangnya dan biasanya disambut dengan gembira oleh lebah keluarga.

Penyambutan dilakukan dengan menari mengelilingi rumah lebah (stup) secara massal. Dia datang seperti pahlawan yang telah bertugas di medan perang dengan layak dihormati, karena dia telah berkontribusi pada lebah jantan dan ratunya.

Kecepatan terbangnya saat berangkat kerja sekitar 65 km per jam, dan saat membawa beban sekitar 3/4 kali berat badannya ia masih mampu terbang dengan kecepatan sekitar 35 km per jam. Antara lebah dan tumbuhan ada semacam simbiosis yang menguntungkan.

Tumbuhan memancarkan bunga berwarna-warni dan berbagai bau serta mengandung nektar dan serbuk sari, yang menjadi favorit lebah. Ini semua dapat menarik perhatian lebah pekerja.

Reproduksi



Untuk melanjutkan kelangsungan hidup lebah madu, setelah ratu lebah melakukan perkawinan dengan lebah jantan, ratu lebah kembali ke sarang dan bertelur terus menerus hingga ratu lebah mati.

Telur yang dibuahi melalui kantung sperma akan menjadi lebah betina sempurna (calon ratu), lebah betina yang tidak sempurna atau lebah pekerja, sedangkan telur yang tidak dibuahi akan menetas menjadi larva yang kemudian menjadi lebah jantan. 

Calon ratu (lebah betina sempurna) biasanya ditempatkan di tempat yang lebih besar. Dengan demikian, pertumbuhannya akan lebih besar jika dibandingkan dengan lebah lainnya.

Penentuan jenis kelamin lebah madu sangat dipengaruhi oleh sifat dan sikap ratu, iklim, perubahan sperma, dan pemberian makan yang diberikan. Setelah menetas, baik calon ratu, lebah pekerja maupun lebah jantan, akan diayak pada hari ketiga. Selama dua setengah hari, belatung menerima jatah ekstrak madu sehingga tampak seperti mengapung di dalam sel.

Hari-hari berikutnya pekerja bibit hanya diberi jatah secukupnya yang terdiri dari madu dan pati selama dua setengah hari. Hari-hari berikutnya makanan dibatasi dan pada hari kesembilan makan dihentikan sama sekali dan sel-sel ditutup. Pada hari kedua belas belatung menjadi kepompong dan pada hari kedua belas lebah muda keluar dari sel.

Budidaya



Pada zaman dahulu kala selagi orang masih hidup primitif, nenek moyang kita sudah mengenal cara-cara mengambil madu dari sarang lebah liar yang atau di dahan-dahan pohon yang terlindung dari teniknya sinar matahari dan bujan. Cara mengambil madu sangat sederhana, yaitu dengan cara diasapi dengan rokok, tapas, ataupun dengan upet yang dibakar.

Berkat kemajuan cara berpikir dari orang-orang zaman dulu tersebut, maka dibuatlah cara budidaya lebah madu dengan rumah lebah tiruan atau gelodog yang berasal dari batang pohon kelapa, terutama pucuknya, yang dibelah dengan panjang kira-kira 80-100 cm.

Bagian tengahnya diambil sebagian isinya supaya bila belahan batang pohon kelapa tersebut dijadikan satu akan kelihatan berongga.

Pembuatan gelodog kuno meniru rumab-rumah lebah yang biasa terdapat sesuai dengan aslinya ini diharapkan lebah-lebah madu yang banyak terdapat di rongga-rongga (gerowongan) atau gua kayu serta di dahan-dahan pohon yang besar bersedia menempati rumah lebah tiruan ini disebut gelodog kuno.

Bahan pembuatan gelodog tersebut tidak hanya berasal dari pucuk batang kelapa saja, tapi bisa juga dibuat dari kayu randu (kapuk), kayu pucung.

Untuk menarik lebah madu bertempat tinggal di gelodog kuno tersebut, dilakukan dengan cara diasapi atau dibakar (disulut api) yang tidak merata di beberapa bagiannya.

Akan lebih baik lagi bila bagian dalam dari gelodog kuno tersebut diasapi dengan tangkai padi atau oman (bahasa Jawa) yang atau pohon-pohon lainnya terutama yang berkayu lunak dibakar, sehingga gelodog tersebut berbau sangit (bahasa Jawa). Hal ini menjadikan lebah madu lebih tertarik untuk mendatanginya dan lebih betah tinggal di dalamnya.

Cara pemasangan gelodog kuno agar lebih cepat ditempati oleh lebah madu adalah dengan diletakkan di bawah pohon bambu atau papringan (baha- sa Jawa). Di bawah pohon bambu tersebut, biasanya banyak lebah berkeliaran sambil mencari makanan berupa nektar tepungsari dan air yang ada di sekitarnya.

Setelah tahu bahwa di bawah pohon bambu itu ada rumah lebah (gelodog) dan merasa cocok untuk ditempati, maka lebah-lebah tersebut akan memberitahu ratunya untuk meninggalkan rumah lebah yang lama dan menempati gelodog yang telah dipasang tersebut.

Setelah gelodog ditempati oleh koloni lebah, maka gelodog-gelodog tersebut segera dipindahkan dan diletakkan di samping rumah tinggal dengan cara digantung pakai tali.

Pemindahan gelodog tersebut biasanya dilakukan pada sore atau malam hari, karena pada waktu itu semua lebah sudah beristirahat, sehingga tidak ada lebah yang tercecer atau ketinggalan.

Memelihara lebah madu dengan sistem gelodog kuno temyata kurang praktis, terutama dalam hal pengambilan madu, Sisiran atau sarang lebah sulit dipisahkan dari kayu gelodog sehingga untuk dapat mengambil madunya harus merusak sisiran atau sarang lebah madu tersebut.

Dengan demikian, di dalam sisiran atau sarang lebah itu kadang-kadang masih cukup banyak lebah muda atau gana (bahasa Jawa) yang kelak dapat sebagai pengganti leoar yang sudah tua/mati.

Sistem gelodog kuno banyak mengalami gangguan binatang-binatang pemakan serangga, misalnya cecak dan semut yang berusaha mengambil ni dari sarang lebah sehingga koloni lebah madu itu akan meninggalkan rumah- nya. Di samping itu, hasil produksinya juga kurang memuaskan karena tidak dapat memenuhi persyaratan teknis yang dianjurkan.

Sedangkan keuntungan sistem gelodog ini adalah biaya pembuatan relatif murah dan mudah dibuat dari bahan-bahan kayu yang ada. Sistem pemeliharaan lebah madu mengguna- kan gelodog-gelodog kuno ini sampai sekarang masih cukup banyak diusahakan, terutama di pelosok-pelosok desa.

Budidaya sistem gelodog modern



Gelodog modern atau biasa disebut stup merupakan modifikasi dari gelodog kuno. Selain bentuk dan ukurannya yang berbeda, di dalam gelodog modern (stup) juga terdapat sisiran atau sarang lebah yang dapat diambil satu per satu sehingga memudahkan pengambilan madunya.

Selain itu, serangan hama dan penyakit pada lebah madu dapat ditekan. Dengan demikian, hasil penenan madunya dapat berlipat ganda bila dibandingkan dengan sistem gelodog kuno.

Sistem gelodog modern (stup) yang terbaik saat ini adalah berupa bangunan yang berbentuk peti dengan isi 6-12 bingkai (sisir). Rumah lebah (stup) yang ideal adalah berisi 10 bingkai (sisir). Gelodog modern atau stup ini bisa dibuat engkel (tunggal) ataupun dobel (bertingkat) yang ditumpuk satu sama lain.

Bila rumah lebah (stup) tersebut dibuat bertingkat, peti paling bawah berfungsi untuk kediaman ratu dan perkembangbiakan keturunannya. Sedangkan peti yang di atasnya berfungsi sebagai tempat memproduksi madu.

Untuk koloni lebah yang besar, jumlah peti dapat lebih dari dua. Sistem gelodog modern (stup) di bagian bawahnya terdapat penyangga peti dan tepat di kaki penyangga peti diberi kaleng diisi air atau minyak.

Tujuannya adalah agar hewan-hewan kecil misalnya semut tidak dapat naik ke atas dan masuk dalam gelodog. Dengan demikian lebah di dalam peti (stup) tidak diserang oleh semut dan sebangsanya.

Penyangga peti adalah untuk menghindari serangan rayap, ular atau binatang lain yang dapat masuk ke dalam stup. Tinggi kaki penyangga stup dari tanah kira-kira 50 cm. Ukuran stup tergantung pada jenis lebah yang akan diternakkan.

  • Ukuran stup umumnya sebagai berikut:


Panjang x lebar x tinggi untuk tutupnya adalah 38 cmx 34 cm x 5 cm. Sedangkan untuk ukuran kotaknya adalah: panjang x lebar x tinggi = 37 cm x 33 cm x 17 cm. Tebal papan yang digunakan adalah 1,5 cm.

Stup tersebut sebaiknya dicat putih agar dapat bertahan lama. Sistem gelodog modern (stup) pada bagian dalamnya terdapat sisiran atau bingkai untuk menempelkan (melekatkan) malam (wax) sebagai rumah lebah yang berbentuk hexagonal.

Agar rumah lebah yang terbuat dari malam dan isinya tidak campur-campur, maka di dalam tup perlu dibuatkan sarang khusus untuk bertelur yang diletakkan pada bagian paling bawah.

Bagian "atasnya bisa digunakan untuk tempat penyimpanan madu. Caranya adalah dengan diberi sekat sehingga ratu lebah tidak bisa naik ke atas.

Jarak antara sisiran (bingkai) yang satu dengan yang lain dibuat sekitar 2 cm, agar lebah-lebah madu tersebut dapat bergerak secara leluasa. Sisiran (bingkai) diletakkan menggantung di bagian atas, agar waktu memanen madu cukup mudah untuk diangkat ke atas dengan jalan membuka tutup stup terlebih dahulu.

Letak sisiran atau bingkai harus sejajar dan di samping stup (biasanya di bagian bawah) perlu dibuatkan lubang kecil yang kira-kira cukup untuk keluar-masuk lebah madu. Lubang tersebut hendaknya dibuat sejajar dengan letak sisiran. Bagian atas peti lebah diberi tutup untuk melindungi peti lebah dari pengaruh hujan, panas, dingin, atau hewan lain.

Tutup peti lebah sebaiknya dibuat dari kayu yang kuat agar tidak cepat rusak atau lapuk. Tutup stup bagian dalam dapat dipasang tutup tambahan yang terbuat dari suatu lapisan tipis, misalnya kawat kasa yang tipis agar lebah-lebah madu tersebut tidak membuat rumah di bagian tutup.

Penempatan stup

Penempatan stup yang ideal yang dekat dengan tanaman pangan lebah yang mengandung nektar, tepungsari bunga, sebagai makanan pokok lebah madu, Di tempat tersebut juga harus tersedia air bersih untuk menjamin hidupnya koloni lebah madu. Selain itu, di tempat tersebut juga kaya akan propolis, yaitu semacam zat perekat yang digunakan oleh lebah untuk menutup celah-celah peti lebah.

Semua sumber makanan ini harus terjangkau oleh jarak radius terbang lebah, yakni sekitar 1 hingga 2 km. Syarat yang lain untuk menempatkan stup adalah dekat dengan sarana transportasi agar memudahkan pengangkutan lebah dan hasil-hasilnya. Terlindung dari angin kencang, terik matahari dan air hujan. Penempatan peti-peti lebah harus jauh dari tempat-tempat berasap dan rumah-rumah tempat tinggal.

Penempatan stup tersebut diusahakan berderet rapi, dengan jarak antar peti lebah kira-kira 1-2 meter. Di bawah peti lebah harus diberi penyangga dengan ketinggian dari tanah sekitar 50 cm. Tujuannya adalah agar lebah madu bebas dari serangan hama misalnya ular dan sebangsanya.

Tujuan penempatan stup secara berderet rapi dengan jarak antar stup 1-2 meter adalah agar lebah-lebah madu tersebut tidak kesasar. Letak stup sebaiknya menghadap ke timur, agar setiap matahari terbit (pagi-pagi benar), lebah-lebah madu itu segera bangun untuk bekerja.

Menggembalakan lebah madu



Lebah madu yang dipelihara dalam stup dapat digembalakan. Tempat penggembalaan lebah madu adalah daerah yang banyak ditanami tanaman yang menghasilkan bunga-bungaan untuk diambil madunya (nektar), tepungsari dan air.

Lebah penggembalaan di suatu daerah perlu dilakukan survei terlebih dahulu untuk mengetahui apakah terdapat cukup banyak bunga di daerah tersebut, aman dari serangan hama dan penyakit serta gangguan lainnya. Selain itu, adakah persediaan air yang cukup untuk minum lebah madu dan sebagainya. Semua itu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi agar penggembalaan lebah madu bisa sukses.

Kandang lebah yang akan digembalakan dimasukkan ke dalam truk dengan tertib. Setiap peti tidak boleh tertutup rapat agar lebah yang ada di dalam kandang tidak kepanasan yang dapat menyebabkan stress atau kematian.

Pengangkutan lebah madu sebaiknya dilakukan pada malam hari, pada saat lebah madu sudah istirahat (tidur) agar tidak ada lebah yang berserakan di jalan atau dibiarkan di tempat.

  • Memindahkan lebah ke dalam stup


Jenis lebah unggul Apis Mellifica belum banyak tersedia di pasaran dan harganya cukup tinggi. Oleh karena itu, pemula yang ingin belajar beternak lebah sebaiknya menggunakan bibit lebah madu Apis Indica yang banyak tersedia, baik di batang pohon, dahan pohon maupun di atap rumah tua yang tidak berpenghuni.

Semua lebah madu dapat dipindahkan ke dalam sarang lebah untuk dikembangbiakkan seperti biasa.

Bibit lebah, baik lebah unggul Apis Mellifica maupun lebah Apis Indica lokal dapat diperoleh dengan membeli koloni lebah. Lebah Apis Mellifica bisa didapatkan dibeli di Dinas Kehutanan atau peternak lebah. Sedangkan lebah Apis Indica bisa dibeli di peternak lebah di pedesaan yang harganya cukup murah.

Cara memperoleh lebah madu Apis Indica juga bisa dilakukan dengan cara menangkapnya secara langsung, kemudian menempatkannya di dalam sarang. Pemindahan lebah, baik dari gelodog, dari rongga pohon maupun dari wuwungan (atap) rumah pada dasarnya sama, yaitu sebagai berikut:

Pertama, kenakan masker untuk melindungi wajah, sarung tangan, pakaian dan celana yang dapat tahan terhadap sengatan lebah. Jika tidak memiliki masker atau sarung tangan, Anda juga bisa memperbaikinya dengan mengoleskan daun sirih yang ditumbuk halus ke seluruh tangan dan wajah. Dengan mengolesi daun sirih, lebah madu tidak mau menyengat.

Kedua, dengan asap rokok atau asap upet atau tapas yang dibakar, koloni lebah itu akan kita pindahkan. Setelah lebah yang melindungi ratu lebah dibersihkan, cari ratu lebah. Tanda-tanda lebah ratu adalah bentuk yang lebih besar (terbesar) dari semua lebah. Setelah ratu lebah ditemukan, letakkan dengan hati-hati di kandang yang telah disiapkan.

Langkah selanjutnya adalah memasukkan ratu ke dalam peti lebah (stup) yang telah disiapkan. Ketiga, pilih tiga atau lebih sarang sarang yang baik (penuh telur, lebah muda, tepung bunga dan sedikit madu).

Satu demi satu sisir sarang diiris di bagian pangkal dengan pisau tajam. Selanjutnya pasang sisir yang telah dilepas pada rangka sisir yang telah disediakan sebelumnya. Ikat sarang dengan tali rafia, lalu taruh satu per satu ke dalam peti lebah yang telah diisi dengan "ratu".

Keempat, taruh seluruh keluarga lebah di kotak lebah (stup). Lebah yang tersisa membiarkan mereka memasuki kotak lebah sendiri. Setelah semua masuk, tutup dan taruh di tempat yang sudah disiapkan. Buka kandang ratu beberapa saat kemudian saat lebah sudah tenang.

Kelima, untuk beberapa hari lamanya peti lebah tersebut jangan dipindah- pindah. Biarkanlah sarang melekat pada bingkai sisiran sarang dan tali rafia terlepas sendiri akibat digigit-gigit oleh lebah pekerja.

Jika lebah yang dipindahkan dari wuwungan rumah atau dari atas pohon, maka keluarga lebah dimasukkan dulu ke dalam peti penangkap lebah hijrah atau boleh juga menggunakan kantong plastik.

Setelah koloni lebah tiba di bawah barulah dipindahkan ke dalam peti lebah. Pemindahan lebah madu ini sebaiknya dilakukan pada waktu malam hari, agar lebah-lebah yang dipindahkan itu tidak menyengat (tidak ganas), sebab di waktu malam hari ketajaman mata lebih berkurang.

Baca juga budidaya kelinci

Menyatukan keluarga lebah



Untuk mendapatkan keluarga lebah yang cukup kuat, penuh dengan lebah-lebah pekerja, bisa dilakukan dengan cara menggabungkan dua atau lebih (biasanya dua) keluarga lebah. Penggabungan ini biasanya dipraktikkan bila akan menghadapi musim panen madu. Bila dua koloni lebah digabungkan, salah satu ratunya harus dibuang, karena kalau keduanya disatukan akan terjadi kekacauan di dalam keluarga lebah itu.

Penyatuan keluarga lebah itu sebaiknya dilakukan pada waktu sore atau malam hari, saat lebah-lebah sudah kumpul semuanya di dalam peti.

Caranya adalah sebagai berikut: pilihlah salah satu keluarga lebah yang baik dari dua keluarga lebah yang akan dipersatukan. Ratu lebah yang kurang baik dari keluarga lebah yang kurang baik disingkirkan atau dibuang, kemudian bukalah tutup peti keluarga lebah yang baik dan gantilah dengan selembar kertas koran. Buatlah lubang-lubang secukupnya pada kertas koran tadi dengan ujung pensil.

Kemudian, keluarga lebah yang lain (tanpa ratu) diletakkan di atas keluarga lebah yang sudah ditutup dengan kertas koran tadi. Setelah semua lebah masuk, tutuplah peti atas dengan tutup peti yang semestinya. Dalam waktu 24 jam kedua keluarga lebah tersebut telah bersatu tanpa perkelahian melalui lubang-lubang pada koran tersebut.

Penyatuan tiga koloni lebah atau lebih dapat memakai cara yang sama. Tetapi setelah kedua koloni lebah bersatu, barulah koloni lebah ketiga diper- satukan, dan seterusnya. Jangan mempersatukan tiga koloni lebah atau lebih secara bersama-sama.

Mencegah perampokan



Masa kering yang jarang dijumpai bunga-bungaan dapat menyebabkan lebah-lebah madu kekurangan makanan. Akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut adalah terjadinya "perampokan", yakni koloni lebah yang datang berbondong-bondong menyerang dan memusnahkan koloni lebah yang lain "Perampokan" ringan kadang-kadang juga terjadi, yaitu dengan menyelundup kan beberapa ekor lebah pekerja saja ke dalam koloni lebah yang lain.

Cara untuk mencegah "perampokan" adalah dengan memelihara koloni lebah yang kuat dan keturunan lebah yang tidak suka "merampok". Cukupilah persediaan makanan dalam peti lebah, jangan membuka-buka peti lebah pada waktu siang hari bersamaan dengan keluarga lebah yang saling berdekatan. Selain itu, jangan memberikan makanan tambahan yang ditaruh di luar peti lebah (di atas peti atau di depan pintu).

Usahakan letak peti lebah tidak ter. lalu berdekatan, makin jauh makin baik. Bila sampai terjadi perampokan besar-besaran, pintu keluar masuk lebah harus segera ditutup dengan kawat kasa atau kelambu untuk mencegah "perampokan" merampas makanan (madu dan tepungsari) dari koloni lebah yang lain secara

Mencegah kesasar (drifting)



Lebah-lebah pekerja sering kesasar ke peti lebah lainnya. Penyebabnya ada beberapa hal, antara lain adanya angin kencang, disorientasi, jarak antara peti lebah yang satu dengan peti lebah lainnya terlalu berdekatan, dan lain sebagainya. Hal ini jelas merugikan karena dapat mengurangi jumlah koloni lebah yang ditinggalkan sehingga akan menjadi semakin kecil.

Kesasar (drifting) dapat menyebabkan terjadinya penularan hama dan penyakit karena antara keluarga lebah yang sehat bercampur dengan keluarga lebah yang sakit. Hama dan penyakit yang dapat ditularkan antara lain Acarina, kutu lebah (parasit Branula coeca), foul brood, dan lain-lain.

Pencegahan terjadinya drifting adalah dengan meletakkan peti-peti lebah yang satu dengan peti lebah lainnya minimal berjarak l meter. Jangan memindahkan peti lebah pada waktu siang hari dengan jarak lebih dari setengah meter, karena secara naluri lebah-lebah tersebut akan kembali ke tempat semula. Pemindahan peti lebah sebaiknya dilakukan pada waktu malam hari.

Mencegah lebah pergi atau pindah



Hijrah adalah pindahnya segerombolan lebah (keluarga lebah yang terdin dari ratu, tua, muda, lebah-lebah pekerja, dan lebah jantan) dari satu tempar atau peti ke tempat lainnya. Lebah yang hijrah selain sebagai instink memperbanyak keluarga lebah, dapat juga disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, kelaparan, ventilasi peti lebah kurang baik, populasi dalam peti sangat penuh, dan lain sebagainya.

Cara untuk mengatasi lebah hijrah adalah sebagai berikut: Peliharalah keluarga-keluarga lebah yang sehat dan kuat. Hindarkanlah lebah dari serangan hama terutama semut, cecak, dan ngengat lilin lebah. Gantilah ratu yang tidak subur dengan ratu muda dari strain yang baik. Sediakan sisiran-sisiran sarang yang cukup banyak untuk ratu bertelur, serta persediaan madu dan tepungsari yang cukup.

Keadaan dalam peti lebah diusahakan tetap sejuk dengan ventilasi dan peneduh yang baik. Ratu digunting sayapnya (clipping) yaitu sepertiga dari kedua sayapnya sebelah kiri atau kanan saja. Lebah dan ratu lebah yang menggerombol di luar peti sebelum meninggalkan peti dapat dipasang perangkap ratu di depan pintu lebah.

Beternak ratu lebah



Usaha perlebahan sistem modern mengenal juga adanya beternak ratu lebah. Melalui beternak ratu diharapkan dapat diperoleh bibit lebah unggul, ratunya produktif, hasil madunya banyak, jinak (tidak ganas), tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dan lain sebagainya.

Setiap keluarga, lebah baik Apis Indica maupun Apis Mellifica, secara alamiah dalam waktu 3-4 tahun selalu mengadakan regenerasi ratu secara otomatis.

Usia antara 3-4 tahun bagi ratu-ratu lebah sudah tua dan sudah tidak produktif lagi, maka secara naluri keluarga lebah tersebut akan mem- bentuk beberapa calon ratu. Satu keluarga lebah membentuk calon ratu antara 4-6 calon ratu.

Dari 4-6 calon ratu tersebut, yang menetas lebih dulu adalah calon ratu yang bakal menggantikan ratu yang sudah tua. Sedangkan ratu-ratu yang menetas sesudahnya biasanya dibunuh oleh lebah-lebah pekerja.

Cara beternak ratu lebah yang paling banyak dilakukan oleh peternak lebah adalah:

1. Ternak ratu lebah secara alam.
Caranya adalah dengan memecah koloni lebah yang besar (yang cukup banyak penghuninya) menjadi dua bagian atau lebih. Hasil pemecahan tersebut yang mempunyai ratu tentu saja hanya satu keluarga, sedangkan keluarga lebah yang lain (bagian yang lain) menjadi keluarga lebah tanpa ratu. 

Dalam pemecahan keluarga lebah itu, keluarga lebah yang ada ratunya ditempatkan di tempat semula, sedangkan keluarga lebah yang tanpa ratu ditempatkan sejauh kira-kira lebih dari 2 km.

Penempatan yang jauh ini dimaksudkan agar lebah-lebah yang dipecah itu tidak kembali ke tempat lebah asalnya (lebah yang ada ratunya). Pemecahan keluarga lebah harus diikuti dengan sisiran sarang yang berisi larva berumur 1-2 hari, terutama untuk bagian-bagian keluarga lebah yang tanpa ratu harus banyak mengandung larva.

Koloni lebah yang tanpa ratu secara naluri akan membentuk ratu dari 4-6 larva yang dipeliharanya secara istimewa. Selanjutnya dari 4-6 calon ratu lebah tersebut, mana yang menetas lebih dulu itulah calon ratunya, sedangkan calon ratu yang menetas sesudahnya akan dibunuh oleh lebah-lebah pekerja.

2. Ternak ratu lebah secara buatan.
Ternak ratu lebah secara buatan harus disiapkan queen cell buatan, kemudian queen cell tersebut diisi dengan larva lebah yang berumur kurang dari 20 jam. Queen cellbuatan yang berisi larva dengan bingkai sisiran khusus dimasukkan ke dalam koloni lebah yang telah dipersiapkan, yaitu koloni lebah yang tanpa ratu selama 5-10 hari.

Menjelang ratu lahir (kira-kira 5 hari sebelumnya) queen cell ini kemudian dibagikan kepada koloni-koloni lebah lain yang tanpa ratu. Queen cell adalah sel-sel calon ratu yang dibuat secara alam oleh keluarga lebah tanpa mengalamni perlakuan apa pun oleh manusia. 

Sel-sel ini biasanya terletak pada sisiran sarang yang menonjol dan menghadap ke bawah. Sel-sel inilah yang paling baik hasilnya dan disebut dengan istilah Swarm Queen Cell, Sedangkan sel-sel calon ratu yang terletak di tengah-tengah sisiran sarang tetapi menonjol ke samping disebut Super Sedure Queen Cell.

Queen Cell yang lain yaitu Artificial Queen Cell atau Queen cell buatan, yakni sel-sel larva calon ratu yang dibuat dari mangkok-mangkok malam buatan yang besarnya sesuai dengan sel-sel larva calon ratu sesungguhnya.

Beternak ratu lebah seperti tersebut di atas, baik secara alamiah atau secara buatan, akan menghasilkan koloni-koloni lebah madu yang dapat berkembangbiak secara cepat.

Kelemahan-kelemahan sistem gelodog kuno



Meskipun gelodog kuno mudah dibuat dengan biaya yang relatif murah. tetapi mempunyai banyak kelemahan dibandingkan dengan sistem gelodog modem. Kelemahan-kelemahan sistem gelodog kuno antara lain adalah:

Lebah yang dipelihara mudah melarikan diri dari sarangnya karena mudah diterpa angin besar dan kadang-kadang kemasukan air hujan sehingga koloni lebah tidak kerasan.

2. Bentuk gelodog kuno tidak memenuhi syarat-syarat teknis untuk beternak lebah, karena sulit mengadakan pemeriksaan lebah, sulit memberikan makanan tambahan pada lebah, hama dan penyakit mudah menyerang, dan sebagainya.

3. Pada waktu pemanenan madu, sarang lebah rusak dan tidak dapat digunakan kembali. Demikian juga telur dan larva-larva lebah banyak yang mati karena antara madu dan larva bercampur menjadi satu.

4. Sulit untuk memisahkan antara hasil madu dan tempayaknya.

5. Pengembangan lebah sulit dilakukan karena cukup sukar untuk memisahkan sarang lebah yang satu dengan lainnya. Sarang lebah semuanya menempel di bagian atas gelodog tersebut sehingga kalau mau memisahkan sarang yang satu dengan lainnya harus dirusak.

6. Pengangkutan sistem gelodog kuno tidak praktis, sehingga sulit untuk digembalakan.

Kelebihan sistem gelodog modern



Biaya pembuatan gelodog modern relatif lebih mahal dan sulit bila dibandingkan dengan sistem gelodog kuno, tetapi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan sistem gelodog kuno.

  • Kelebihan tersebut antara lain adalah:


1. Lebah yang dipelihara tidak akan meninggalkan sarangnya, karena suasana di dalam gelodog modern lebih nyaman, tidak bisa kemasukan angin, tidak bisa kemasukan air hujan, dan sebagainya sehingga membuat keluarga lebah cukup betah untuk bertempat tinggal di dalamnya.

2. Bentuk gelodog memenuhi syarat-syarat teknis untuk usaha perlebahan, sehingga mudah untuk mengadakan pemeriksaan lebah, mudah memberikan makanan tambahan pada lebah, jarang diserang oleh hama dan penyakit, dan sebagainya.

3. Pemanenan madu dapat dilakukan dengan mudah, sebab antara madu dan tempayak terpisah, sehingga tidak ada telur dan larva-larva yang mati karenanya.

4. Pengembangan lebah (beternak ratu) dan sejenisnya cukup mudah dilakukan, karena sarang lebah cukup mudah dikumpulkan. Selain itu, menemukan ratu lebah juga cukup mudah.

5. Mampu memelihara lebah unggul (Apis Mellifica).

6. Sistem transportasi gelodog modern lebih praktis sehingga mudah merumput.

7. Hasil panen (madu, tepungsari, lilin, dan sebagainya) juga lebih besar dari pada sistem Gelodog kuno.

Jenis tanaman bunga untuk makanan.



Hampir semua tanaman yang berbunga merupakan sumber makanan lebah madu. Makanan lebah madu adalah nektar dan tepungsari yang terdapat pada bunga dan air. Oleh karena itu, upaya peternakan lebah madu harus dekat dengan lokasi atau tempat yang cukup banyak menghasilkan nektar, tepungsari, dan air.

  • Beberapa jenis tanaman bunga untuk makanan lebah madu:


1. Alamanda (Allamanda catharica, L)

2. Anggrek (Orchidaceae)

3. Aster (Aster spp)

4. Bahia (palm Sagu) (Metroxylon sp)

5. Beludru (Episcia fulgida, Hook)

6. Begonia (Begonia semperflorens, Link)

7. Gladiol (Gladiolus spp)

8. Kamboja (Plumiera acuminata)

9. Karet kebo (Ficus elastica, Roxb)

10. Kastuba (Euphorbia pulcherima, Willd)

11. Kaca piring (Gardenia angusta, Merr)

12. Kedondong laut (Nothopanax fruticosum, Miq)

13. Kembang sepatu (Hybiscus rosacinensis)

14. Kembang matahari (Helianthus annus, Linn)

15. Kembang melati gambir (Jasminum multiforum, Andr)

16. Kembang ros/mawar (Rosa Hybrida)

Makanan buatan tambahan



Pada musim kemarau makanan lebah madu berupa nektar, tepungsari, dan air berkurang. Pada saat seperti ini, lebah madu sebaiknya diberi makanan tambahan berupa madu tiruan yang dibuat dari gula dan air.

Cara pembuatannya cukup mudah, yakni dengan mencampur gula dan air dengan perbandingan 1 bagian gula dan I bagian air. Kedua bahan tersebut dilarutkan menjadi satu, misalnya dengan dipanaskah terlebih dahulu.

Bila gula sudah larut, kemudian didinginkan. Larutan gula dan air yang sudah dingin dan berbentuk sirup itu dapat diberikan pada lebah madu yang membutuhkannya.

Cara memberikan makanan buatan ada dua cara, yakni pertama bisa dengan feeder frame, yaitu sebuah alat (tempat sirup) yang terbuat dari kayu tipis (kira-kira 3 mm), yang bagian bawah dan samping kanan serta samping kiri semua rapat.

Bentuk feeder frame persis seperti sisiran atau bingkai lebah. Feeder frame ditaruh di dalam stup berdampingan dengan sisiran/bingkai lebah. Setelah ditaruh di dalam stup, masukkanlah sirup tersebut ke dalam feeder frame, selanjutnya tutuplah stup tersebut sebagaimana biasanya.

Cara yang kedua adalah madu buatan (sirup) tersebut dimasukkan ke dalam kaleng yang bagian bawahnya dilubangi kecil-kecil agar sirup dapat menetes. Kaleng tersebut ditaruh di bagian atas dari sarang lebah. Dengan demikian, lebah-lebah madu akan memakan makanan tambahan berupa sirup tersebut dengan senang hati.

Tanda-tanda bahwa lebah-lebah madu sudah tidak kekurangan pakan adalah gerakannya tidak ganas. Bila kekurangan pakan, gerakan dan terbang lebah madu cukup cekatan dan agak ganas. Selain itu, di bagian perut (abdomen) biasanya agak membesar karena cukup kenyang schingga gerakannya lamban.

Menghadapi masa sulit (panas)



Jika sekitar apiari tidak ada bunga dalam jarak radius terbang lebah, maka koloni-koloni lebah menghadapi masa paceklik. Tindakan untuk mengatasinya, selain diberi makanan tambahan seperti tersebut di atas, sebaiknya lebah-lebah madu tersebut digembalakan.

Tindakan yang perlu dilakukan pada masa paceklik adalah melindungi stup dari pengaruh hujan, angin, dan panas matahari secara langsung. Sediakan juga air bersih yang cukup di dekat stup. Bebaskan koloni lebah madu dari gangguan semut dan pengganggu lainnya. Usahakan pula agar tidak terjadi "perampokan" madu oleh lebah-lebah yang lain.

Kebutuhan air



Pada waktu musim nektar melimpah, lebah-lebah madu sedikit membutuhkan air. Sebaliknya, pada masa nektar sedikit maka lebah membutuhkan banyak air. Demikian juga pada waktu hari-hari yang panas, lebah madu banyak membutuhkan air. 

Lebah madu biasanya mencukupi kebutuhan air dengan cara mengambil dari daun-daun yang basah atau dari sumber air yang lain. Air tersebut selain digunakan untuk kebutuhan hidupnya sendiri (lebah pekerja) juga diberikan kepada lebah-lebah lainnya yaitu lebah jantan dan ratu, yang semuanya membutuhkan air.

Satu koloni lebah membutuhkan air tidak kurang dari setengah liter setiap hari. Kebutuhan air sesuai dengan jumlah lebah yang terdapat dalam stup; makin besar koloninya makin besar jumlah air yang dibutuhkan. Setiap jenis lebah membutuhkan air yang berbeda, misalnya lebah Apis Indica membutuhkan kan air lebih sedikit bila dibandingkan dengan lebah Apis Mellifica.

Demikian juga, lebah Apis Mellifica membutuhkan air lebih sedikit debandingkan dengan lebah Apis Dorsata, sebab Apis Dorsata jumlahnya jutaan ekor setiap koloni. Pada musim kemarau (musim kering), lebah membutuhkan air cukup banyak sebab daun-daun atau bunga-bunga tanaman tidak begitu banyak mengandung air.

Semuanya-id.blogspot.com.

1 comment for "Budidaya lebah madu"